Aku Butuh Berjalan Dalam Hujan

aku ingin mencintaimu dengan sempurna
seperti goresan tanda tangan sang pelukis mengakhiri karyanya.
aku ingin mencintaimu tiada lelah
seperti matahari menghangatkan pagi dan menerangi siang
aku ingin mencintaimu dengan keindahan
seperti rembulan dan bintang menghiasi gelapnya malam
aku ingin mencintaimu dengan keteduhan
seperti pohon beringin di tepi jalan perantauan
aku ingin mencintaimu dengan kepuasan
seperti oase di tengah padang gurun yang gesang
namun
selebihnya aku ingin mencintaimu dengan caraku sendiri
dengan senyumanku menatap keangkuhanmu
dengan pelukanku menenangkanmu
dengan tangisanku bersamamu
dengan segenap jiwaku
dengan segenap hidupku
supaya kau tahu betapa bahagianya kau memiliku
Aku butuh berjalan dalam hujan
Bukan pada lembayung akan ku suratkan. Pun gumpalan mendung di tengah gradasi hijau biru yang kian menua, dan tidak pula pada gelas kaca retak yang sebagian pecahannya akan menggores mata penikmatnya... Ketika aku sadar pada jalan hijau setapaklah kau menjejakkan sudah, hingga tak ada celah untuk ku menyisipkan kerinduan.

Laju harap tercecer, habis terseret dalam ‘aku yang kau nilai abstrak’. Tapi Akan aku kejar kapas-kapas yang sengaja telah entah aku atau kau terbangkan. Hingga hanya bulir pilu yang tersisa untuk ku titipkan pada sepucuk pengakuanmu: tentang hidupmu yang terlalu berharga untuk ku menghargainya.